Postingan

Ciri-ciri Kepala Sekolah yang Efektif

Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah (Mulyasa, 2005). Manajemen sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Hal ini disebabkan karena manajemen sekolah secara langsung akan mempengaruhi dan menentukan efektif tidaknya kurikulum, berbagai peralatan belajar, waktu mengajar dan proses pembelajaran. Sekolah efektif dalam perspektif manajemen, manajemen sekolah merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik (mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengerahan tindakan dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Darling-Hammond, L (1992) menyatakan dimensi sekolah efektif meliput

Peran Kepala Sekolah dalam Mengefektifkan Organisasi Sekolah

Secara teoritis, organisasi sekolah dalam menyelenggarakan programnya terlebih dahulu menyusun tujuan dengan baik yang penerapannya dilakukan secara efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar (PBM). Keefektifan organisasi sekolah tergantung pada rancangan organisasi dan pelaksanaan fiingsi komponen organisasi yang meliputi proses pengelolaan informasi, partisipasi, pelaksanaan tugas pokok organisasi, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian. Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatka

ALASAN PENOLAKAN PTK

Bila ada yang tidak mengetahui alasan PTK yang dibuatnya selalu ditolak, tulisan singkat di bawah ini bisa dijadikan acuan agar PTK yang akan dibuat tidak ditolak kemabli. a. Judul proposal melebihi ketentuan (maksimal 20 kata); tidak spesifik; tidak jelas menggambarkan masalah, hasil yang diharapkan, dan tempat penelitian. b. Keberadaan masalah tidak nyata, tidak jelas dan tidak mendesak. c. Penyebab masalah tidak jelas d. Masalah dan penyebabnya tidak diidentifikasi secara kolaboratif antara dosen dan guru e. Rumusan masalah tidak dalam bentuk rumusan masalah PTK f. Bentuk tindakan untuk memecahkan masalah tidak sesuai dengan masalahnya g. Tidak ada argumentasi logis pilihan tindakan h. Penjelasan masalah tidak operasional i. Lingkup penelitian tidak jelas j. Indikator keberhasilan tidak jelas k. Ketidaksesuaian tujuan dengan rumusan masalah l. Manfaat hasil penelitian tidak jelas m. Konsep atau teori yang dikaji dengan permasalahan tidak relevan n. Relevansi teori dan hasil peneliti

RAGAM JUDUL PTK

Berikut ini, ada 170 judul PTK yang bisa menjadi referensi bagi guru atau praktisi pendidikan yang ingin membuat penelitian tindakan kelas. 1. Penerapan Model PBL pada Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Kompetensi dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2006/2007 2. Pengembangan Model Keterampilan Proses Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Produk Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar 3. Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R Berbantuan LKS untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja 4. Penerapan Pengajaran Konseptual Interaktif dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X3 SMA Negeri 3 Singaraja 5. Implementasi Strategi 5E dengan Bahan Ajar Bermuatan Perubahan Konseptual sebagai Upaya Mengubah Miskonsepsi, dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMPN 6 Singaraja 6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Bel

Penerapan TQM di Sekolah dan Perguruan Tinggi (2)

Di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi, penetapan kualitas produk dan kualitas proses untuk mewujudkannya, merupakan bagian yang tidak mudah dalam pengimplementasian TQM. Kesulitan ini disebabkan oleh karena ukuran produktivitasnya tidak sekedar bersifat kuantitatif, misalnya hanya dari jumlah lokal dan gedung jurusan atau laboratorium yang berhasil dibangun, tetapi juga berkenaan dengan aspek kualitas yang menyangkut manfaat dan kemampuan memanfaatkannya. Demikian juga jumlah lulusan yang dapat diukur secara kuantitatif, sedang kualitasnya sulit untuk ditetapkan kualifikasinya. Sehubungan dengan itu di lingkungan organisasi bidang pendidikan yang bersifat non profit, menurut Hadari Nawari (2005:47) ukuran produktivitas organisasi bidang pendidikan dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Produktivitas Internal, berupa hasil yang dapat diukur secara kuantitatif, seperti jumlah atau prosentase lulusan jurusan, atau jumlah gedung dan lokal yang dibangun sesuai dengan persyaratan yang tela

Penerapan TQM di Sekolah dan Perguruan Tinggi (1)

Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, sekolah atau perguruan tinggi perlu didukung manajemen yang juga berkualitas. Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen di sekolah dan perguruan tinggi mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management) atau Manajemen Mutu Terpadu. Tulisan ini mencoba memberi masukan konstruktif bagi pengelola sekolah dan civitas akademika perguruan tinggi dalam menerapkan TQM, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pengelolaan jurusan yang berdampak pada peningkatan kualitas lulusan yang memiliki daya saing kompetitif dan komparatif. Bagaimana TQM itu? Menurut Hadari Nawari (2005:46) TQM adalah manajemen fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada peningkatan kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service) dan pembangunan masyarakat (community development). Konsepnya bertolak dari manajemen sebagai

RAGAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF/ Kelompok

1. Jigsaw Langkah-langkah: a. Siswa dibagi dalam kelompok–kelompok. Tiap kelompok beranggotakan 4 s/d 5 orang. Sebaiknya kelompok terdiri atas siswa dengan beragam latar belakang, mi­salnya dari segi prestasi, jenis kelamin, suku, agama, status sosial dll. Kelompok ini disebut kelompok asal b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. Misalnya, untuk topik sistem pencernaan, ada subtopik tentang mulut; lambung; usus halus; usus besar, poros, dan dubur dibagitugaskan pada tiap anggota dalam kelompok. c. Setiap siswa yang mendapat subtopik mulut berkumpul bersama membentuk tim ahli mulut. Siswa lain yang mendapat subtopik lambung juga berkumpul bersama membentuk tim ahli lambung. Begitu seterusnya. Tim ahli membahas subtopik ma­sing-masing dan menjadi ahli dalam topik itu. d. Setelah selesai berdiskusi dalam tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian secara bergantian, tiap siswa yang telah menjadi ahli mengajar teman satu tim mereka tentang su